Daftar isi
Keutamaan dan Pentingnya Kitab “Fasholatan”
Relevansi Kitab dalam Pembelajaran Fikih
di Pesantren
Kontribusi Kitab “Fasholatan” dalam
Membantu Masyarakat Muslim di Indonesia
PENDAHULUAN
Kitab
Fasholatan adalah salah satu karya monumental yang menjadi bagian dari tradisi
intelektual Islam di Nusantara. Ditulis oleh Kiai Ahmad Sakhowi Amin dari
Pekalongan, kitab ini dirancang untuk memudahkan masyarakat Muslim, terutama
para pemula, dalam mempelajari dasar-dasar ibadah dalam Islam. Dengan
menggunakan bahasa Jawa yang akrab di telinga masyarakat, kitab ini menjadi
panduan praktis dalam memahami dan melaksanakan ibadah sehari-hari sesuai
dengan syariat Islam.
Latar Belakang Kitab
Kitab
“Fasholatan” lahir dari kebutuhan umat Islam di Indonesia, khususnya di Jawa,
akan panduan ibadah yang mudah dipahami dan dipraktikkan. Pada masa itu,
literasi berbahasa Arab di kalangan masyarakat awam masih terbatas, sehingga
kitab-kitab keagamaan yang menggunakan bahasa lokal menjadi sangat penting
untuk menjembatani pemahaman umat terhadap ajaran Islam.
Sejarah Penulisan Kitab
Kitab
ini ditulis oleh Kiai Ahmad Sakhowi Amin, seorang ulama asal Pekalongan yang
dikenal sebagai pendidik dan pembimbing masyarakat. Beliau menyusun kitab ini
dengan maksud memberikan panduan sederhana namun komprehensif tentang ibadah
sehari-hari, seperti salat, wudu, dan doa-doa harian. Kitab ini dirancang agar
mudah dipahami oleh masyarakat Jawa khususnya masyarakat awam, kitab ini banyak
di pakai baik yang belajar di pesantren maupun yang belajar islam secara
mandiri.
Profil Pengarang Kitab
Sebagai
santri Jawa, khususnya yang berasal dari Pekalongan, kitab “Sabilun Najah” atau
yang lebih dikenal dengan sebutan “Fasholatan” tentu bukanlah hal yang asing.
Namun, tidak semua masyarakat, termasuk para santri di Pekalongan, menyadari
bahwa kitab ini merupakan karya seorang ulama asli Pekalongan, yaitu Kyai Ahmad
Sakhowi Amin. Beliau adalah ulama dari kota batik yang karyanya, “Fasholatan”,
telah diterbitkan oleh “Maktabah Al-Munawar” di Semarang. Kitab ini menjadi
kebanggaan tersendiri karena telah tersebar luas di wilayah Jawa Tengah dan
sering dijadikan rujukan oleh masyarakat awam. Ditulis dalam bahasa Arab Pegon,
kitab ini mempermudah masyarakat Jawa dalam memahami ilmu fikih melalui bahasa
yang akrab di kehidupan sehari-hari.
A. Riwayat
Hidup
Kyai
Ahmad Sakhowi Amin dilahirkan di Desa Rembun, Kecamatan Siwalan, Kabupaten
Pekalongan, Jawa Tengah, pada tahun 1920. Beliau wafat pada tahun 1977 di usia
57 tahun dan dimakamkan di desa kelahirannya. Kyai Ahmad Sakhowi Amin dikenal
sebagai seorang ulama sekaligus mushonif (pengarang kitab). Karyanya yang paling
terkenal adalah “Fasholatan”, kitab yang telah masyhur di kalangan masyarakat
awam dan banyak dijadikan rujukan di pesantren.
B. Latar
Belakang Keluarga
Kyai
Ahmad Sakhowi Amin tumbuh dalam keluarga yang sangat menjunjung tinggi syariat
Islam serta memprioritaskan akhlak dan pendidikan agama. Ayah beliau, Kyai
Amin, adalah seorang tokoh masyarakat sekaligus ulama yang dikenal atas
keteguhan dan perjuangannya dalam menegakkan agama dan membela bangsa.
C. Latar
Belakang Pendidikan
Kyai
Ahmad Sakhowi Amin mulai mempelajari dasar-dasar ilmu agama dari ayahnya.
Setelah ayahnya wafat, beliau melanjutkan pendidikan agama dengan bimbingan
kakak iparnya, Kyai Busyaeri, yang mengantarkannya ke Pondok Pesantren Sarang,
Rembang, Jawa Tengah. Di pesantren tersebut, di bawah asuhan Kyai Kholil, Kyai
Ahmad Sakhowi Amin mendalami ilmu alat seperti Nahwu dan Shorof. Setelah
menyelesaikan pendidikan di Sarang, beliau melanjutkan belajar di Pondok
Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, yang saat itu diasuh oleh KH. Hasyim
Asy’ari.
D. Peran
dalam Mengajar
Kyai
Ahmad Sakhowi Amin mulai mengajar sejak masa pendidikan di pesantren hingga
akhirnya kembali ke rumah dan mengabdikan ilmunya di sana. Beliau tidak
membedakan murid berdasarkan latar belakang organisasi, seperti NU dan
Muhammadiyah, meskipun murid-muridnya berasal dari berbagai daerah dengan basis
yang berbeda, seperti Simbang (NU) dan Pekajangan (Muhammadiyah).
Beliau
juga mengajar di masjid-masjid dan mushola-mushola di sekitar tempat
tinggalnya. Pada tahun 1955–1974, atas permintaan muridnya, beliau pindah ke
Simbang untuk mengajar di sana. Dalam proses mengajar, Kyai Ahmad Sakhowi Amin
selalu menekankan pentingnya kerukunan dan menghindari perpecahan di antara
murid-muridnya.
E. Sifat
Keteladanan
Sifat
tawadhu’ dan rendah hati sangat menonjol dalam diri Kyai Ahmad Sakhowi Amin.
Beliau sering bergaul dengan masyarakat yang kurang mampu dan hidup dengan
sederhana. Dalam mendidik murid-muridnya, beliau selalu menekankan pentingnya
budi pekerti, khususnya akhlak dalam menuntut ilmu.
F.
Karya-Karya Kitab
Kyai
Ahmad Sakhowi Amin mulai menulis kitab sejak masih belajar di Pondok Pesantren
Tebuireng. Beliau telah menghasilkan lebih dari 50 karya, beberapa di antaranya
diterbitkan. Kitab-kitab tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan Arab Pegon. Di
antara karya-karya beliau adalah:
1.
Fasholatan Lengkap (kitab paling terkenal)
2.
Miftah Al Akhlaq
3.
Jawahirul Ad’iyah
G.
Keturunan
Kyai
Ahmad Sakhowi Amin dikaruniai 15 orang putra, di antaranya:
1.
Ahmad Syamsul Falah
2.
Drs. Kiai Saiful Bahri (almarhum)
3.
Muhammad Ali
4.
Drs. H. Faidzulloh
5.
Ust. H. Mahabuddin
Gambaran Isi Kitab
Kitab
“Fasholatan” berisi panduan ibadah dasar yang meliputi:
1.
Tata Cara Wudu: Penjelasan langkah-langkah wudu yang benar sesuai tuntunan
syariat.
2.
Tata Cara Salat: Panduan lengkap tentang gerakan dan bacaan dalam salat.
3.
Doa-Doa Harian: Kumpulan doa-doa yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
4.
Tuntunan Dzikir: Panduan dzikir setelah salat dan di waktu-waktu tertentu.
5. Penjelasan
Praktis Fikih Ibadah: Penekanan pada aspek praktik dalam pelaksanaan
ibadah.
Keutamaan dan Pentingnya Kitab
“Fasholatan”
1. Penggunaan
Bahasa Jawa: Kitab ini menggunakan bahasa Jawa sebagai media komunikasi,
sehingga sangat relevan bagi masyarakat lokal.
2.
Panduan Praktis: kitab ini Menguraikan tata cara ibadah secara ringkas dan
mudah dipahami.
3. Aksesibilitas
Ilmu Agama: Membantu umat yang belum menguasai bahasa Arab untuk memahami
ajaran Islam dengan baik.
Tujuan Penulisan Kitab
Kitab
ini ditulis dengan tujuan:
1.
Memberikan panduan dasar dalam melaksanakan ibadah sehari-hari.
2.
Membantu masyarakat memahami syariat Islam melalui pendekatan budaya
lokal.
3.
Menanamkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.
Relevansi Kitab dalam Pembelajaran
Fikih di Pesantren
Di
pesantren-pesantren tradisional, kitab “Fasholatan” sering dijadikan materi
pengajaran bagi santri pemula. Kitab ini memudahkan mereka memahami dasar-dasar
fikih ibadah sebelum melanjutkan ke pembelajaran kitab yang lebih
kompleks.
Kontribusi
Kitab “Fasholatan” dalam Membantu Masyarakat Muslim di Indonesia
Kitab
“Fasholatan” memainkan peran penting dalam membimbing masyarakat Muslim,
khususnya di Jawa, dalam melaksanakan ibadah sehari-hari. Dengan pendekatan
yang sederhana namun kaya akan ilmu, kitab ini membantu umat Islam menjalankan
syariat dengan lebih percaya diri dan benar.
Kesimpulan
Kitab
“Fasholatan” adalah salah satu bukti kejeniusan ulama Nusantara dalam
menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang sederhana namun efektif. Melalui
kitab ini, Kiai Ahmad Sakhowi Amin memberikan kontribusi besar dalam pendidikan
agama di Indonesia. Keberadaan kitab ini tidak hanya memperkaya tradisi
keilmuan Islam di pesantren, tetapi juga membantu masyarakat luas dalam
menjalankan ibadah dengan benar dan penuh kesadaran.
Post a Comment