Ngaji kitab Fasholatn part 1_Muqadimmah



Daftar isi

PENDAHULUAN.. 1

Latar Belakang Kitab. 2

Sejarah Penulisan Kitab. 2

Profil Pengarang Kitab. 3

A. Riwayat Hidup. 3

B. Latar Belakang Keluarga. 4

C. Latar Belakang Pendidikan. 4

D. Peran dalam Mengajar. 4

E. Sifat Keteladanan. 5

F. Karya-Karya Kitab. 5

G. Keturunan. 6

Gambaran Isi Kitab. 6

Keutamaan dan Pentingnya Kitab “Fasholatan”. 7

Tujuan Penulisan Kitab. 7

Relevansi Kitab dalam Pembelajaran Fikih di Pesantren. 7

Kontribusi Kitab “Fasholatan” dalam Membantu Masyarakat Muslim di Indonesia. 8

Kesimpulan. 8

 

 

PENDAHULUAN

Kitab Fasholatan adalah salah satu karya monumental yang menjadi bagian dari tradisi intelektual Islam di Nusantara. Ditulis oleh Kiai Ahmad Sakhowi Amin dari Pekalongan, kitab ini dirancang untuk memudahkan masyarakat Muslim, terutama para pemula, dalam mempelajari dasar-dasar ibadah dalam Islam. Dengan menggunakan bahasa Jawa yang akrab di telinga masyarakat, kitab ini menjadi panduan praktis dalam memahami dan melaksanakan ibadah sehari-hari sesuai dengan syariat Islam. 

Latar Belakang Kitab

Kitab “Fasholatan” lahir dari kebutuhan umat Islam di Indonesia, khususnya di Jawa, akan panduan ibadah yang mudah dipahami dan dipraktikkan. Pada masa itu, literasi berbahasa Arab di kalangan masyarakat awam masih terbatas, sehingga kitab-kitab keagamaan yang menggunakan bahasa lokal menjadi sangat penting untuk menjembatani pemahaman umat terhadap ajaran Islam. 

Sejarah Penulisan Kitab 

Kitab ini ditulis oleh Kiai Ahmad Sakhowi Amin, seorang ulama asal Pekalongan yang dikenal sebagai pendidik dan pembimbing masyarakat. Beliau menyusun kitab ini dengan maksud memberikan panduan sederhana namun komprehensif tentang ibadah sehari-hari, seperti salat, wudu, dan doa-doa harian. Kitab ini dirancang agar mudah dipahami oleh masyarakat Jawa khususnya masyarakat awam, kitab ini banyak di pakai baik yang belajar di pesantren maupun yang belajar islam secara mandiri. 

Profil Pengarang Kitab

Sebagai santri Jawa, khususnya yang berasal dari Pekalongan, kitab “Sabilun Najah” atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Fasholatan” tentu bukanlah hal yang asing. Namun, tidak semua masyarakat, termasuk para santri di Pekalongan, menyadari bahwa kitab ini merupakan karya seorang ulama asli Pekalongan, yaitu Kyai Ahmad Sakhowi Amin. Beliau adalah ulama dari kota batik yang karyanya, “Fasholatan”, telah diterbitkan oleh “Maktabah Al-Munawar” di Semarang. Kitab ini menjadi kebanggaan tersendiri karena telah tersebar luas di wilayah Jawa Tengah dan sering dijadikan rujukan oleh masyarakat awam. Ditulis dalam bahasa Arab Pegon, kitab ini mempermudah masyarakat Jawa dalam memahami ilmu fikih melalui bahasa yang akrab di kehidupan sehari-hari. 

A. Riwayat Hidup

Kyai Ahmad Sakhowi Amin dilahirkan di Desa Rembun, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, pada tahun 1920. Beliau wafat pada tahun 1977 di usia 57 tahun dan dimakamkan di desa kelahirannya. Kyai Ahmad Sakhowi Amin dikenal sebagai seorang ulama sekaligus mushonif (pengarang kitab). Karyanya yang paling terkenal adalah “Fasholatan”, kitab yang telah masyhur di kalangan masyarakat awam dan banyak dijadikan rujukan di pesantren. 

B. Latar Belakang Keluarga

Kyai Ahmad Sakhowi Amin tumbuh dalam keluarga yang sangat menjunjung tinggi syariat Islam serta memprioritaskan akhlak dan pendidikan agama. Ayah beliau, Kyai Amin, adalah seorang tokoh masyarakat sekaligus ulama yang dikenal atas keteguhan dan perjuangannya dalam menegakkan agama dan membela bangsa. 

C. Latar Belakang Pendidikan

Kyai Ahmad Sakhowi Amin mulai mempelajari dasar-dasar ilmu agama dari ayahnya. Setelah ayahnya wafat, beliau melanjutkan pendidikan agama dengan bimbingan kakak iparnya, Kyai Busyaeri, yang mengantarkannya ke Pondok Pesantren Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Di pesantren tersebut, di bawah asuhan Kyai Kholil, Kyai Ahmad Sakhowi Amin mendalami ilmu alat seperti Nahwu dan Shorof. Setelah menyelesaikan pendidikan di Sarang, beliau melanjutkan belajar di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, yang saat itu diasuh oleh KH. Hasyim Asy’ari. 

D. Peran dalam Mengajar

Kyai Ahmad Sakhowi Amin mulai mengajar sejak masa pendidikan di pesantren hingga akhirnya kembali ke rumah dan mengabdikan ilmunya di sana. Beliau tidak membedakan murid berdasarkan latar belakang organisasi, seperti NU dan Muhammadiyah, meskipun murid-muridnya berasal dari berbagai daerah dengan basis yang berbeda, seperti Simbang (NU) dan Pekajangan (Muhammadiyah). 

Beliau juga mengajar di masjid-masjid dan mushola-mushola di sekitar tempat tinggalnya. Pada tahun 1955–1974, atas permintaan muridnya, beliau pindah ke Simbang untuk mengajar di sana. Dalam proses mengajar, Kyai Ahmad Sakhowi Amin selalu menekankan pentingnya kerukunan dan menghindari perpecahan di antara murid-muridnya. 

E. Sifat Keteladanan

Sifat tawadhu’ dan rendah hati sangat menonjol dalam diri Kyai Ahmad Sakhowi Amin. Beliau sering bergaul dengan masyarakat yang kurang mampu dan hidup dengan sederhana. Dalam mendidik murid-muridnya, beliau selalu menekankan pentingnya budi pekerti, khususnya akhlak dalam menuntut ilmu. 

F. Karya-Karya Kitab

Kyai Ahmad Sakhowi Amin mulai menulis kitab sejak masih belajar di Pondok Pesantren Tebuireng. Beliau telah menghasilkan lebih dari 50 karya, beberapa di antaranya diterbitkan. Kitab-kitab tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan Arab Pegon. Di antara karya-karya beliau adalah: 

1. Fasholatan Lengkap (kitab paling terkenal) 

2. Miftah Al Akhlaq

3. Jawahirul Ad’iyah

G. Keturunan

Kyai Ahmad Sakhowi Amin dikaruniai 15 orang putra, di antaranya: 

1. Ahmad Syamsul Falah 

2. Drs. Kiai Saiful Bahri (almarhum) 

3. Muhammad Ali 

4. Drs. H. Faidzulloh 

5. Ust. H. Mahabuddin 

Gambaran Isi Kitab

Kitab “Fasholatan” berisi panduan ibadah dasar yang meliputi: 

1. Tata Cara Wudu: Penjelasan langkah-langkah wudu yang benar sesuai tuntunan syariat. 

2. Tata Cara Salat: Panduan lengkap tentang gerakan dan bacaan dalam salat. 

3. Doa-Doa Harian: Kumpulan doa-doa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 

4. Tuntunan Dzikir: Panduan dzikir setelah salat dan di waktu-waktu tertentu. 

5. Penjelasan Praktis Fikih Ibadah: Penekanan pada aspek praktik dalam pelaksanaan ibadah. 

Keutamaan dan Pentingnya Kitab “Fasholatan”

1. Penggunaan Bahasa Jawa: Kitab ini menggunakan bahasa Jawa sebagai media komunikasi, sehingga sangat relevan bagi masyarakat lokal. 

2. Panduan Praktis: kitab ini Menguraikan tata cara ibadah secara ringkas dan mudah dipahami. 

3. Aksesibilitas Ilmu Agama: Membantu umat yang belum menguasai bahasa Arab untuk memahami ajaran Islam dengan baik. 

Tujuan Penulisan Kitab

Kitab ini ditulis dengan tujuan: 

1. Memberikan panduan dasar dalam melaksanakan ibadah sehari-hari. 

2. Membantu masyarakat memahami syariat Islam melalui pendekatan budaya lokal. 

3. Menanamkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. 

Relevansi Kitab dalam Pembelajaran Fikih di Pesantren

Di pesantren-pesantren tradisional, kitab “Fasholatan” sering dijadikan materi pengajaran bagi santri pemula. Kitab ini memudahkan mereka memahami dasar-dasar fikih ibadah sebelum melanjutkan ke pembelajaran kitab yang lebih kompleks. 

Kontribusi Kitab “Fasholatan” dalam Membantu Masyarakat Muslim di Indonesia

Kitab “Fasholatan” memainkan peran penting dalam membimbing masyarakat Muslim, khususnya di Jawa, dalam melaksanakan ibadah sehari-hari. Dengan pendekatan yang sederhana namun kaya akan ilmu, kitab ini membantu umat Islam menjalankan syariat dengan lebih percaya diri dan benar. 

Kesimpulan

Kitab “Fasholatan” adalah salah satu bukti kejeniusan ulama Nusantara dalam menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang sederhana namun efektif. Melalui kitab ini, Kiai Ahmad Sakhowi Amin memberikan kontribusi besar dalam pendidikan agama di Indonesia. Keberadaan kitab ini tidak hanya memperkaya tradisi keilmuan Islam di pesantren, tetapi juga membantu masyarakat luas dalam menjalankan ibadah dengan benar dan penuh kesadaran. 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post